Kehadiran dunia digital memang nggak bisa dibendung. Kamu sebagai generasi saat ini juga pasti butuh media sosial untuk eksistensi. Bahkan mungkin banyak dari kamu yang bergantung dengan dunia digital untuk bertahan hidup atau belajar.
Namun, sayangnya dunia digital nggak berhenti untuk dunia pembelajaran atau pekerjaan. Media sosial yang awalnya sebagai media untuk saling menyapa, menjadi salah satu sumber konflik dan kecemasan.
Dampak Penggunaan Perangkat Digital
Bicara tentang dampak memang nggak melulu dampak negatif aja, pasti ada dampak positifnya. Dampak positif sudah banyak yang membahas, khususnya untuk memudahkan pekerjaan manusia.
Lalu bagaimana dengan dampak negatif? Secara singkat, dampak negatif dari perangkat digital dapat berimbas pada tiga bagian yaitu lingkungan profesional, lingkungan privat, dan lingkungan sosial.
Agak rumit ya? Lingkungan profesional misalnya. Media sosial yang awalnya dibuat untuk membuat koneksi secara global, justru malah bisa membuat miskomunikasi secara global juga.
Bayangkan saja begini, sebuah informasi dari titik pusat akan diteruskan hingga ke hilir. Pada setiap cabang individu yang menelaah informasinya berganti. Akhirnya, informasi yang awalnya utuh, jadi tinggal separuh begitu sampai bawah.
Dalam konteks lingkungan privat, media sosial (bagian dari media digital) yang awalnya ingin menyatukan semakin banyak orang, justru jadi membuat asing keluarga. Semua sibuk dengan gadget masing-masing.
Sedangkan dalam lingkup lingkungan sosial, ada yang namanya cyberbullying. Orang bisa dengan mudah menghakimi orang lain hanya karena berbeda pendapat. Bahkan di beberapa media sosial, orang bisa dengan mudah membully fisik orang. Padahal nggak kenal.
Nah, harapannya dengan adanya digital detoks, orang-orang bisa kembali menghargai koneksi. Kalau konteksnya memproses informasi, digital detoks seenggaknya bisa membuat orang mau belajar lagi untuk menelaah informasi.