Kamu akan mengeksplorasi konsep Ikigai berdasarkan perspektif budaya barat dan budaya Jepang. Dengan mengetahui konsep Ikigai dari dua perspektif ini kamu akan memahami arti sebenarnya dari “alasan untuk hidup”.
Japanese Ikigai
Dalam budaya masyarakat Jepang, Ikigai dilihat sebagai sesuatu yang sangat subjektif sehingga pengertiannya jadi luas banget, bahkan bisa dibilang abstrak. Yang bikin menarik, Ikigai nggak dianggap sakral-sakral amat. Di Negeri Sakura sana, Ikigai bisa jadi sangat remeh kayak makan ramen atau sangat wah kayak membantu orang yang kesulitan.
Konsep yang subjektif sekaligus fleksibel ini sebenarnya lebih mudah dipahami dan ditemukan. Kamu nggak harus pusing memikirkan apa keahlian yang kamu cintai yang dibutuhkan lingkungan sekaligus bisa menghasilkan uang. Alasan untuk hidup bagi masyarakat Jepang nggak seribet itu.
Aturan utamanya cuma satu, alasan itu bisa bikin hidup bahagia jadi kamu mau bangun di pagi hari dan melakukan yang terbaik dalam hal apapun. Kalau kata Ken Mogi, “Ikigai can be something small, it can be something big, it can be something private, or it can be something public.”
Jadi hobi yang kamu sukai, seremeh apapun itu di pandangan orang lain, bisa jadi Ikigai-mu. Bahkan nggak masalah kalau kamu nggak jago-jago banget atau nggak dibayar dari hobi itu.
Contohnya, kamu hobi nyanyi. Kata teman-temanmu, suara kamu standar banget, tapi kamu sendiri sangat menyukai hobi itu. Maka kegiatan nyanyi itu bisa dianggap sebagai Ikigai-mu.
Kesimpulannya, Ikigai dalam pandangan masyarakat Jepang nggak ada hubungannya sama sekali dengan empat komponen dalam Diagram Ikigai. Ikigai-mu bukan tentang mengejar kesuksesan atau kebebasan finansial, bukan juga apa yang dibutuhkan lingkungan darimu, nggak harus sesuatu yang jadi keahlianmu, dan bisa juga bukan yang kamu sukai.
Western Ikigai
Ikigai dalam budaya masyarakat barat jauh lebih kompleks tapi spesifik banget. Kok bisa begitu? Ya karena untuk menemukan Ikigai, harus menjawab empat pertanyaan utamanya dulu, yaitu:
- Apa yang kamu cintai?
- Apa yang bikin kamu dibayar?
- Apa keahlian yang kamu punya?
- Apa yang dibutuhkan lingkunganmu?
Artinya, alasan untuk hidup adalah keahlian yang kamu cintai yang bikin kamu dibayar dan dibutuhkan oleh lingkunganmu. Jadi Ikigai nggak sekadar makan ramen, ngopi di pagi hari, atau jalan-jalan bareng pacar karena nggak memenuhi syarat utamanya.
Misalnya nih kamu sangat menyukai baca buku dan buatmu ini yang membuat hidupmu lebih berarti. Tapi, hobi itu nggak menghasilkan uang dan nggak dibutuhkan banget sama lingkunganmu. Dalam konsep Ikigai versi western, baca buku bukan Ikigai-mu karena nggak memenuhi dua syarat (bikin kamu dibayar dan dibutuhkan lingkungan).
Kalau begitu, apakah kamu nggak bisa menggunakan konsep ini untuk menemukan Ikigai-mu? Bisa, dong. Hanya saja, butuh usaha yang lumayan keras untuk menemukan sesuatu yang memenuhi syarat utamanya. Kenyataannya, Western Ikigai justru sangat populer, sering dibahas oleh ahli dari berbagai bidang, dan bisa terapkan dalam banyak aspek kehidupan.
Komponen Ikigai
Dalam perspektif western, ikigai itu dibentuk dari empat komponen, yaitu apa yang kamu cintai, apa yang jadi keahlianmu, apa yang dibutuhkan “duniamu”, dan apa yang bisa menghasilkan uang buatmu.
Apa yang kamu cintai?
Komponen ini berisi hal-hal yang membuatmu bahagia dan bikin kamu merasa sangat hidup. Contohnya kayak baca buku, mancing, naik gunung, main band, hangout bareng teman-teman, liburan bareng keluarga, atau apa saja. Yang paling penting, kamu benar-benar mencintai hal itu tanpa memikirkan apakah kamu jago dalam hal itu, apakah dunia membutuhkan nya, atau apakah kamu dibayar untuk melakukannya.
Apa yang dibutuhkan “dunia”?
Kata “dunia” di sini pengertiannya luas banget dan sangat subjektif. Mulai dari keluarga, lingkungan pertemanan, ruang kerja di kantor, atau bahkan lingkungan masyarakat.
Kalau seperti itu, apa yang dibutuhkan oleh “dunia” tadi bisa bermacam-macam. Mungkin mereka butuh orang yang bisa dijadikan tumpuan, penghangat suasana, jokes lucu, presentasi super bagus, kebijakan yang baik, dan masih banyak lagi.
Yang jelas, komponen ini sangat berhubungan dengan orang lain serta menuntut kamu mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
Apa yang jadi keahlianmu?
Komponen yang ketiga adalah keahlian yang kamu miliki, baik itu skill yang kamu pelajari, hobi yang udah kamu lakukan sejak dulu, atau bakat. Nah, keahlian di sini nggak harus yang “wah” banget. Bahkan keahlian yang terlihat receh kayak kuat jalan kaki 5 km pun gapapa.
Yang jadi inti dari komponen ini adalah kamu satu keahlian yang bikin kamu lebih unggul daripada orang lain. Nggak peduli apakah keahlian itu sangat kamu cintai, dibutuhkan orang lain, atau bisa menghasilkan uang.
Apa yang bisa menghasilkan uang buatmu?
Komponen yang terakhir ini berisi hal-hal yang bisa menghasilkan uang buatmu sendiri. Misalnya kamu jago bikin video dan kamu bisa mendapatkan uang dari keahlian ini. Biasanya komponen ini dipengaruhi banyak hal, kayak keadaan ekonomi, kebutuhan pasar, atau yang lainnya.
Diagram Ikigai
Diagram ikigai bisa dianggap sebagai visualisasi yang bisa meningkatkan pemahaman soal ikigai yang kompleks. Biar kamu punya gambaran, coba bayangkan empat komponen tadi sebagai lingkaran yang saling bersimpangan satu sama lain kayak gini:
Kelihatan jelas kalau empat komponen ikigai itu saling bersimpangan satu sama lain. Nah, tiap persimpangan itu ada namanya, yaitu:
- Persimpangan antara apa yang kamu cintai dan apa yang jadi keahlianmu adalah passion.
- Persimpangan antara apa yang kamu cintai dan apa yang dibutuhkan dunia adalah misi.
- Persimpangan antara apa yang dibutuhkan dunia dan apa yang bisa menghasilkan uang adalah vokasi atau pekerjaan.
- Persimpangan antara apa yang jadi keahlianmu dan apa yang bisa menghasilkan uang adalah profesi.
Ikigai, menurut perspektif western, bisa ditemukan kalau kamu mampu menggabungkan passion, misi, vokasi, dan profesi. Mirip kayak yang ditunjukkan oleh gambar di atas.