Jadi, gimana? Apa kamu mulai tertarik untuk menjalani gaya hidup slow living?
Sebenarnya memulai slow living itu mudah. Hanya saja nggak semua orang tahu mulainya dari mana. Kalau kamu bingung juga, coba kembali ke awal mula gaya hidup ini ada. Pertama dari makanan, selanjutnya dari rumah, dan terakhir dari relasi pertemanan.
Mulai dari Makanan
Memulai slow living bisa kamu awali dengan mengubah pola makanmu. Banyak instruktur diet yang sudah membuat panduan pola makan hidup sehat.
Tapi kalau bagimu ini susah, ada cara mudanya, kembali ke real food. Masih susah lagi? Kembali ke makanan lokal tradisional.
Bayangin deh, se-slow living orang zaman dulu. Untuk bisa menghadirkan semangkuk sayur lodeh di atas meja, mereka perlu memanjat kelapa dulu. Lalu memeras santan. Baru kemudian dimasak dengan aneka bumbu dan rempah.
Jangan lupa, semua yang akan dimasak ditanam dulu di pekarangan rumah. Semua benar-benar dilakukan secara perlahan.
Bahkan beberapa makanan punya filosofi khusus. Sudah slow living, mindful juga.
Tapi sebagai manusia modern, mungkin kamu merasa agak nggak cocok dengan cara lama seperti ini. Hal paling mungkin yang bisa kamu lakukan untuk mencontoh slow living-nya orang zaman dulu adalah dengan memasak makananmu sendiri.
Mulai dari memilih bahan makanan yang sehat saja. Nggak lagi membeli produk-produk olahan tepung dan gula rafinasi.
Pergi ke pasar tradisional. Memilah sayur yang terbaik aja. Memilih daging atau ikan paling segar aja. Hal yang kamu lewatkan kalau makan makanan fast food. Ini sudah masuk dalam kategori slow living juga.
Jadi kamu nggak sekedar, datang, pesan, makan, lalu pulang. Namun, kamu terlibat aktif menyiapkan makananmu sendiri.
Mulai dari Rumah
Sadar nggak, kalau gaya hidup fast living membuat manusia, mungkin termasuk kamu di dalamnya, cenderung konsumtif?
Mumpung ada yang bagus, beli. Lagi trend, beli. Butuh hiburan, beli. Nggak ada rem-nya. Terus ada hubungannya dengan slow living?
Gaya hidup slow living akan mengajakmu untuk lebih mindfull ketika mau mengeluarkan uang. Termasuk saat membeli barang untuk mengisi rumah.
Kembali kepada fokus dari slow living yaitu pada kualitas, bukan kuantitas. Nggak membeli sesuatu yang sedang trend, namun membeli yang sesuai kebutuhan.
Mulai dari isi kulkas yang hanya sesuai kebutuhan tubuh. Dekorasi rumah yang sesuai dengan kebutuhan orang di dalamnya. Nggak lagi membeli dan menumpuk barang yang nggak perlu.
Logika yang bermain adalah logiku fungsi, bukan logika gengsi.
Mulai dari Relasi Pertemanan
Saat kamu muda, mungkin kamu punya banyak sekali teman. Hidup rasanya begitu ramai dan riuh. Ini bukan hal yang salah tentu saja.
Namun, biasanya, semakin kamu dewasa semakin kamu sadar kalau merawat hubungan dengan semua orang ini butuh banyak sekali energi. Terlebih kalau relasi ini timpang sebelah.
Sama halnya dengan slow living yang diterapkan pada makanan atau barang-barang di rumah, slow living pun bisa diterapkan untuk menyeleksi relasi.
Nggak semua relasi harus dipertahankan, slow living mengajarkan kamu untuk hanya merawat relasi yang baik. Relasi yang kamu butuhkan sekaligus menyehatkan mentalmu.
Lebih dari itu, slow living juga mengajakmu untuk bisa meluangkan waktu dengan mereka yang terdekat. Entah itu keluarga, atau sahabat dekat
Seenggaknya dari tiga hal ini dulu. Dari tiga hal ini, bagian hidupmu yang lain akan mulai perlahan menyesuaikan. Melambat dan fokus kepada yang penting untuk kehidupan.