Saya ngga lagi membandingkan dengan tendensi baik atau buruk.
Tentu, apapun itu, bekerja cari income adalah perbuatan mulia.
Saya mau bahas bahwa shifting tentang bagaimana cara kita mendapatkan pemasukan, mulai dirasakan sampai ke daerah-daerah.
Yang tadinya seperti harus 9 to 5, seragam, kantor dan jabatan, ngga lagi begitu.
Mulai banyak orang yang kerjanya di rumah, tapi pendapatan lebih baik dari UMK Jakarta.
Ini fakta.
Internet Mengubah Ekosistem
Semua hal itu menjadi mungkin sebab adanya teknologi ini, internet.
Jangankan yang self employment, korporat sekalipun mulai banyak yang menerapkan mekanisme WFA alias Work From Anywhere (kerja di/dari mana aja).
Gara-gara internet.
Di Indonesia, ada Flip, RevoU, Niagahoster, Stockbit, eFishery, dll.
Saya pribadi pernah diapproach oleh salah satu perusahaan di atas untuk jataban tertentu menerapkan mekanisme WFA dengan gaji yang lumayan besar. Betul-betul full tanpa harus ke kantor sama sekali. Sayangnya, belum berjodoh.
Ada bagian dari hati dan pikiran untuk menjajaki dunia korporasi, tapi ada hal-hal lain yang menjadikan proses approach itu tidak berlanjut.
Oke, balik lagi..
Cara kita berinteraksi dan bertransaksi sudah tergiring oleh teknologi internet dan menjadi norm baru.
Sehingga rumus “lokasi, lokasi, lokasi” menjadi tak lagi relevan.
Betapa banyak pihak yang merasakan cuan maksimal tapi lokasinya nyelepit masuk-masuk, sangat jauh dari kata strategis.
Instant Money
Bukan hanya yang lokasi nyelempit bisa dapatkan profit, tapi jauh lebih dari itu, semua orang punya peluang yang sama untuk dapatkan instant money.
Mulai dari yang super sederhana, pre order kue, rujak, asinan, sampai yang agak ribet dikit jastip dalam dan luar negeri. Semuanya bisa datangkan uang cepat.
Tentu, secara naluri akan semakin kuat, “Oh, seperti ini bisa datangkan uang yang lumayan ya.”
Yang biasanya dilanjut mbatin, “Kalau gitu, saya akan begini dan begitu deh!”
Pembahasan instant money dengan sudut pandang yang sedikit berbeda bisa Anda baca di artikel ini: Jual diri, cara efektif tambah pundi-pundi.
Circle Kita Banyak yang Sukses dari Rumah
Di dusun tempat saya tinggal, ada beberapa orang yang saya tahu menjalankan ikhtiar yang bisa hasilkan profit puluhan juta rupiah dengan jualan online dari rumah.
Apalagi circle kita di online, rasa-rasanya setiap pekan selalu bermunculan suhu/mastah baru yang bisa ini itu dan hasilkan capaian fantastis tanpa terikat jam kantor.
Di platform seperti TikTok dan YouTube juga bisa kita dapati orang yang out of nowhere punya prestasi gemilang, dan aktifitas yang mereka lakukan aneh-aneh. Hal-hal sederhana yang sepertinya ngga manuk masuk akal bisa dapatkan capaian yang nyaris nabrak pesawat.
Jualan kerupuk, jualan sambel, lip gloss, gambarin karikatur, dst.
Industri kreatif lebih menggila lagi.
Saya kenal dengan beberapa programmer dengan skill dewa yang ngga mau dihire oleh korporat. Lebih suka ambil job-job sederhana di Upwork, yang bisa mereka selesaikan kurang dari 10 menit tapi feenya lebih Rp1jt.
Di satu sisi, ada orang antri melamar dan bersaing dengan ratusan bahkan ribuan pelamar lain yang kuotanya biasanya hanya segelintir.
Menyaksikan fakta-fakta begini, jadi pengingat diri sendiri bahwa dunia hanya tempat senda-gurau.
Kerja Remote
Teman-teman saya yang 10 tahun lalu masih merintis usaha, sekarang udah pada punya tim. Sebagian pekerjaan juga dikerjakan oleh SDM remote.
Itu teman-teman saya (yang saya tahu), yang saya ngga tahu tentu lebih banyak lagi.
Ini tervalidasi dengan mulai adanya pelatihan (workshop) membangun tim yang bekerja secara remote dan laku.
Saya sendiri, sekarang ini mengelola 4 virtual assistant, tugas mereka melakukan pekerjaan yang sederhana tetapi bagi saya:
- Berulang, membosankan
- Menjadikan saya kurang produktif
- Justru tidak akan maksimal kalau masih saya kerjakan sendiri
Yang mereka kerjakan juga bisa dibilang serabutan, apa saja dilakukan. Tentunya remote dan masih berkaitan dengan industri digital.
Kadang update data, kadang bikin landing page, bantu riset, minta mengoperasikan Chat GPT, dst.
Virtual Office
Yang Anda bayangkan tentang virtual office mungkin kantor virtual yang kita sewa untuk pendirian PT atau kepemilikan alamat di wilayah yang bonafit.
Ya, itu benar virtual office.
Tapi bukan virtual office seperti itu yang saya maksud.
Ini bener-bener virtual office yang mana masing-masing orang hadir dalam ruang virtual.
Setor wajah (pakai web cam) di jam kerja, tapi dari daerah masing-masing.
Berkoordinasi, komunikasi, pembagian tugas, selayaknya kantor offline pada umumnya. Tapi dilakukan di Gmeet, Zoom, dan semisal.
Tahun 2023 ini, saya mulai mengimplementasikan teknis ini.
Salah satu tujuan utama memiliki kantor (yaitu koordinasi berbasis jam kerja) bisa tercapai, tapi dengan biaya yang sangat murah.
Perangkat Kolaborasi
Perusahaan besar sudah banyak yang introduce platform kolaborasi untuk kerja.
Yang sudah bangkotan dan semua orang pakai, ada Google Docs, Spreadsheet, Slide, dll.
Untuk urusan brainstorming, saya menggunakan Miro, ter the best sih, so far.
Ini adalah keniscayaan yang harus kita hadapi.
Tapi perlu diakui dan dipahami juga, bahwa WFA ini ekosistem terbaiknya ada di industri digital.
Jika kita mengelola bisnis yang operatingnya tidak didominasi oleh digital, ya hanya bisa dijadikan penunjang alias komplementer saja.